Rabu, 24 Oktober 2012

Keajaiban Istighfar

Aku berusia 30 tahun saat suamiku wafat dengan meninggalkan lima orang anak, laki-laki dan perempuan, yang masih kecil-kecil. Semasa hidupnya, suamilah penanggung nafkah keluarga sepenuhnya. Sedangkan aku menjalankan tugas utamaku sebagai istri dan ibu rumah tangga.
Meskipun pendapatan suami pas-pasan, tapi kami merasa cukup dan tidak ada yang kurang. Hidup kamipun terasa begitu bahagia dan indah.
Sampai hari kelabu itu datang. Suami tercinta pergi menghadap Sang Pencipta secara demikian mendadak. Semuanya jadi berubah 180 derajat. Dunia serta merta menjadi gelap gulita di mataku. Akupun hampir tak henti menangis sejak saat itu. Sampai-sampai aku sangat menghawatirkan kondisi mataku.
Aku terus meratapi nasibku yang terasa begitu buruk dan berat. Yang terberat memang masalah beban hidup yang tidak ringan, sementara itu pemasukan sudah tidak ada lagi. Hanya ada sedikit harta yang ditinggalkan Bapak. Akupun berusaha sehemat mungkin dalam menggunakannya. Mungkin kelemahan antisipasi dan kekurang siapan terhadap kondisi tak terdugalah yang membuatku begitu shock. Sampai-sampai seakan aku lupa bahwa, penjemin rezeki kita bukanlah suami, orang tua atau siapapun. Melainkan justru hanya Allah semata.
Nah, kondisiku mulai berubah lebih baik dan stabil, setelah suatu hari, saat berada di kamar, aku mendengarkan salah siaran radio Idza’atul Qur’an Al-Karim. Dimana ada seorang Syaikh yang membawakan sebuah hadits (yang artinya):
مَنْ لَزِمَ الاِسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ
“Barangsiapa tak henti beristighfar, niscaya Allah akan mengadakan baginya untuk setiap himpitan hidup solusi dan jalan keluar, untuk setiap kepedihan perlepasan dan kebebasan, serta memberinya rezeki secara tidak diduga-duga” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbas ra.).
Setelah mendengar hadits tersebut dibacakan, semangat hidupku jadi bangkit kembali, dan pengharapan kepada keluasan rahmat Allah-pun pulih lagi dan bahkan menguat sekuat-kuatnya. Dan aku berazam sejak saat itu untuk mengamalkan isinya dengan penuh keyakinan.
Maka akupun mulai melafalkan istighfar kepada Allah, sekuat-kuatnya, dan sebanyak-banyaknya, hampir tanpa putus. Sebagaimana aku ajak pula anak-anakku untuk melakukan amalan yang sama, istighfar!
Berbulan-bulan kami melakukannya, tanpa henti dan tanpa putus asa. Kami bahkan telah menikmatinya. Dan saat istighfar spesial kami itu genap 6 bulan, keajaiban itupun datang. Tepat seperti kata hadits: secara tidak disangka-sangka dan tidak diduga-duga sama sekali.
Ya, tiba-tiba kami mendengar berita tentang adanya sebuah proyek perencanaan dan pengembangan pembangunan, yang sebagiannya meliputi dan mengambil tanah milik kami, yang sudah lama sekali tak terurus dan tidak termanfaatkan, karena lokasinya yang tidak strategis. Singkatnya, kamipun mendapatkan “ganti untung” jutaan Riyal. Allahu Akbar. Sungguh samudera rahmat dan rahasia hikmah Allah memang benar-benar tidak ada yang bisa menyelaminya. Puji dan syukur kami kepada-Mu ya Allah. Juga ampunilah segala kelemahan, kekerdilan dan dosa-dosa kami.
Kehidupan keluarga kami pun berubah total. Keceriaan kembali menghiasi hari-hari kami. Kesedihanku sirna, karena tergantikan oleh kebahagiaan yang tiada terkira. Apalagi dengan perkembangan semua anakku, yang tidak sekadar baik. Melainkan baik sekali dan sangat membanggakan, bagi ummi mereka, bagi seluruh keluarga besar kami, bahkan juga bagi masyarakat sekitar. Karena disamping tumbuh sehat dan berakhlak mulia, merekapun berprestasi gemilang dalam pendidikan, umum maupun khusus. Diantara mereka ada yang meraih ranking 1 dalam prestasi belajarnya untuk tingkat propinsi. Ada yang hafidz Al-Qur’an 30 juz. Dan begitu seterusnya.
Falhamdu lillahi Rabbil ‘alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar